TANGIS DALAM DIAM


Masa liburan lebaran dan masa cuti selama 4 hari telah usai, Rabu tanggal 7 september 2011 saatnya untuk balik ke Makassar untuk melaksanakan kegiatanku selama ini, Saat aku untuk meninggalkan desa kelahiranku, desa dimana keluargaku berkumpul, bapak, mama, kakak, kakak ipar, ponakan, nenek, tante, om, serta sepupu baik yang berasal dari bapak maupun mama, disanalah keluargaku bermukim. Sebelum meninggalkan desaku, tak lupa saya menjabat tangan keluarga, terutama bapak dan mama, saat itu bapak sedang menatap layar TV untuk melihat kabar berita yang sedang terjadi, hanya TV adalah teman setia bapak saat merasa sendiri. Keadaan bapak memang tak seperti dahulu, sejak 2 tahun lalu, bapak diserang sakit yang bernama ”STROK”, saat pertama, sakit itu menghampiri, bapak mengira dia akan segera pergi menghadap Ilahi, tangisan sudah tercurahkan buatnya, tangisan anak-anaknya beserta istrinya adalah tangisan pertama yang tercurahkan.

Strok itu menghampiri, sewaktu bapak usai makan malam, saat ingin berdiri, kakinya tak dapat lagi bergerak, tangannya tak dapat lagi menggenggam, disitulah bapak tak berdaya, peristiwa malam itu, menyedihkan seluruh keluarga. Tangisan mengalir tak tertahankan, kakak mencium seluruh tubuh bapak, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, meski saya tak ada pada saat itu, tapi saya dapat merasakan kesedihan, sejak kakak memberi kabar lewat HP, untuk segera pulang karena bapak sudah tidak tahu apakah masih dapat tertolong atau tidak, rasanya hancur lebur saat kabar itu menghampiri.
Tak pikir panjang lagi, saya dan ketiga saudaraku beserta kakak ipar yang saat itu berada di kota Makassar , bergegas pulang bersama untuk menemui bapak, sepanjang perjalanan pikiran jadi karuan, tak dapat berpikir dengan jernih lagi, yang ada hanya Bapak, bagaimana jika bapak pergi dan saya tidak sempat berpamitan.
Alhamdulillah, sepanjang perjalanan tak ada kabar yang berbunyi ” Bapak sudah pergi ”, kakak hanya berkata : ”bapak akan dibawa kerumah sakit ”, maka kalian singgah saja dirumah sakit tempat bapak akan dirawat.

Perjalanan dari kota Makassar ke kota Palopo memakan waktu sekitar 8 jam, kabar pertama dari kakak, bapak akan dibawah kerumah sakit yang agak dekat dari desa kami, maka saya beserta saudara menuju rumah sakit yang dimaksudkan, dan kota Palopo sudah kami lalui beberapa kilometer, tak lama kemudian kami dapat kabar lagi, ”bapak akan dibawah kerumah sakit yang ada di kota Palopo karena rumah sakit yang dekat rumah fasilitasnya tidak lengkap, maka kami putuskan memutar laju ke kota Palopo.
Setiba dirumah sakit, saya lalu menghampiri bapak untuk menyalaminya dan menciumnya, tangisan sudah tidak dapat terbendung lagi, ”bapak hanya berkata, hampir saja kalian tidak akan bertemu dengan Bapak lagi”, hatiku semakin sedih saat bapak berkata demikian, dalam hati saya hanya bersyukur, Alhamdulillah, bapak masih tertolong oleh kuasa Allah, meski saya merasa sedih, tak sanggup rasanya untuk meneteskan begitu banyak airmata dihadapan bapak, saya tak ingin bapak bertambah sedih melihat tangisan anak-anaknya.

Sakit yang bapak derita sudah berjalan 2 tahun, diapun belum dapat berjalan dengan sempurna, anggota tubuhnya sebelah kiri tak dapat bergerak, dia hanya mampu duduk dikursi roda, dan berjalan seadanya dengan anggota tubuhnya sebelah kanan, saat ingin mandi dan wudhu hanya mampu dilakukan dengan bantuan anak-anaknya dan istrinya.

Keadaan bapak membuatnya bersedih hati, dia merasa tidak berguna lagi, terutama saat memikirkan nafkah buat anak-anaknya, dia sering berkata ” bapak tidak dapat lagi membiayai kalian”, bapak selalu meneteskan airmata saat melihat kami, namun dia tak memperlihatkan kepada anak-anaknya.
Akhir liburan Lebaran kali ini, saya tak lupa pamit kepada bapak dan mama untuk mendo’akan saya selama perjalanan menuju kota Makassar, didepan TV saya menjabat tangan bapak dan mencium pipi serta keningnya, kupeluk bapak begitu lama untuk menghilangkan rasa rinduku, kulihat bapak, dia mengeluarkan beberapa tetes airmata dan berpesan agar saya berhati-hati selama perjalanan kalimat tersebut bapak ulangi beberapa kali, lalu saya menuju mama untuk berpamitan juga, tak lupa saya memeluk mama dan menciumnya.

Usai berpamitan dengan kedua orang yang kusayang ini, saya lalu menuju pintu depan rumah, karena tak tahan melihat rasa sedih yang tergambar dibalik wajah mereka berdua, kulihat mata mama, dia juga telah meneteskan airmatanya, ohh bapak… oh mama, tak kuasa anakmu ini, melihat engkau meneteskan airmata buatku, membuatku jadi sedih dan tak ingin rasanya meninggalkan engkau disini, inginku merawat kalian dan menjadi pelayan kalian tuk selamanya.

Bergegas saya ingin pergi secepatnya agar tak berlarut sedih yang terasa, saya tak tahu mereka bersedih karena apa !, saya tak tahu mereka menangis karena apa !, saat saya ingin pergi, ternyata sepatu yang ingin saya gunakan masih bermukim diatas lemari dekat bapak, lalu saya masuk kedalam rumah untuk mengambilnya, disana saya terkejut melihat bapak, disana saya tak tahan lagi melihat kesedihan bapak, disana saya melihat bapak sedang ”MENANGIS DALAM DIAM”, dia menangis sambil menatap TV yang ada didepannya, matanya mencurahkan tetesan airmata, dia menangis sejadinya. Selama hidup, baru saat itu, saya melihat bapak menangis dengan begitu sedih. Melihat saya masuk kedalam rumah, bapak lalu menghapus airmatanya dan menghentikan tangisannya, bapak tak menyadari jika saya melihat kejadian itu. Bapak meneteskan airmata melepas kepergianku.

26 thoughts on “TANGIS DALAM DIAM

  1. Salam idul fitri buat Neni..
    Ibu dan bapak kita sesungguhnya teramat layak untuk dikasihi dari dunia sampai akhirat. Jasa dan pengorbanan orang tua kita sungguh tidak akan dapat dibalas oleh anak-anak. Marilah kita menjadi anak yang soleh dan solehah yang sentiasa mendoakan kebaikan untuk ibu bapak kita…

    • salam idul fitri jg buat abgreds……….

      insyaAllah, neni akan selalu mendo’akan beliau, dan mengasihi beliau karena mereka adalah orang yang sangt neni sayangi, mereka adalah cinta kasih neni, tanpa beliau neni tak akan ada dimuka bumi ini.
      semoga kebaikan mereka terbalas oleh Allah SWT, hanya dengan menjaga diri neni dapat membalas jasa mereka……………..

  2. assalamu’alaikum wr,wb

    wah…isi blog nya sangat begus sekali, bersih dan banyak pelajaran yg bisa dipetik disini, Insya Allah saya akan coba lagi mampir disini kapan2 Insya Allah
    waslam

  3. Sayang Neni… Sempat airmata Umi menetes sebuah tangisan sendu yang menyentuh hati atas setiap goresan rasa yang dicurahkan dari hati Neni terdalam.

    demikianlah kasih sayang ibu bapa kepada anak2nya yang telah jauh dari pandangan mata sedangkan masa kecil dulu mereka sangat berdekatan, dimanja, disenyum, dimarah, dimandi dan sebagainya. Kini hanya tinggal kenangan indah saat dewasa meragut segalanya dari sisi.

    Usah sedih Neni, kita juga akan melalui hal yang sama di masa tua nanti. Hiburkan hati mereka dengan selalu berkirim khabar berita agat hilang segala rindu dan mereka merasa masih dihargai dan disayangi.

    Salam sayang dan rindu dari Umi yang jauh. 😀

    • iya umiku sayang…………
      jadi pegen nangis rasanya mengetahui umi meneteskan airmata 🙂
      hayo mari kita menangis ramai-ramai 😦

      neni tidak akan sedih umi, tapi neni akan selalu menyenang kebaikan beliau, perjuangan beliau yang begitu besar, hingga neni sampai pada saat ini…
      do’a neni akan selalu terlontarkan buat mereka, cinta dan kasih neni
      neni sayang pada beliau

      salam sayang dan rindu jg buat umi 🙂

      • Alhamdulillah, demikianlah sepatutnya seorang anak mengenang jasa orang tua yang telah menyimpan segala lelahnya dimasa muda untuk membahagia dan mengkayakan hidup anak-anaknya walau dia menempuh derita dalam membesarkan anak-anaknya.

        jadilah anak solehah yang bisa membahagiakan mam dan bapak tika jasad mereka sudah meranah berumah tanah. Semoha kebahagiaan sentia mengalir menjadi bekal dari doa dan sedakah jariah jua ilmu yang disebarkan buat mengisi cahaya dalam kegelapan sunyi sendirian.

        Salam sayang dan rindu kembali dari Umi di Kuala Lumpur. 😀

    • iya pak, kasih sayang dan cinta mereka tak terhingga, hingga ana sebagai anak tak dapat mengiranya jua 🙂
      Alhamdulillah senang rasanya, tulisan ada terdapat hikmah didalamnya, makasih ya Allah berkat Engkau..
      maaf atas segala salah saya jg pak selama ini…
      🙂

    • iya dik…..
      jangn nangis dong 🙂
      kabar, alhamdulillah, seperti kata dek fi, sakit adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada hambanya dan sebagai penghapus dosa selama hidup, insyaAllah :0

      salam balik dari kami semua disini,
      salam jg buat keluarga dek dhila disana yach 🙂 (dimana yach 😉 )

  4. Assalaamu’alaykum warohmatulloh..
    Subhanalloh, ALLAH sayang banget sama bapaknya kakak, diberi penyakit agar dihapus dosa sebanyak2nya..
    Ibu kandung fi juga gitu ka, kanker sekitar setahun apa dua tahun,.
    pertanda ALLAH sayang pada hamba2-Nya yang ditimpa sakit agar dihapus dosanya dan senantiasa mengingat-Nya..

    Barokalloh ka, semoga ALLAH memberikan jalan menuju syurga bagi keluarga kaka, membangunkan rumah di sana.. Aamiin ya Robb…
    *doa dari hati dek fi

    • wa alaikum salam wr. wb.

      syukran dek, telah mampir dilaman ana 🙂
      yups… apa yang engkau katakan memang betul, itu adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada diri kita, semoga kita diberi kesabaran dalam menjalani hidup ini 🙂 adik fi juga, sabar yach 🙂
      mari kita sama-sama bersabar 😉
      do’a yang sama, ana haturkan jg buat dek fi dan keluarga 🙂

      salam manis selalu yach 🙂

Tinggalkan Balasan ke awan putih Batalkan balasan